Majalah TEKNIK KONSTRUKSI.COM – Kabupaten Nagekeo
Provinsi NUsa Tenggara Timur
# Pembangunan Bendungan Mbay/Lambo
Dikebut dengan Kerja Longshift *
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR, Ditjen Sumber Daya Air (SDA), terus berupaya mengembangkan infrastruktur SDA, yang dapat mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satunya, pembangunan Bendungan Mbay/Lambo melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang terletak di Desa Rendubutowe, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bendungan tipe Zonal Inti Tegak ini memiliki kapasitas tampung 52,89 juta meter kubik dan luas genangan mencapai 587, 61 hektar.
Penyediaan air untuk berbagai kebutuhan menjadi prioritas utama, dalam pengembangan Sumber Daya Air (SDA) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu, berbagai upaya akan dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi persoalan tersebut. Salah satu upaya dalam pengembangan SDA, yang sedang dan akan terus dilakukan adalah melakukan optimalisasi dalam bidang Sumber Daya Air. Dalam hal ini akan dilakukan pekerjaan perencanaan bendungan, untuk mengetahui kondisi dan data yang mendukung bahwa bendungan ini memang layak untuk dibangun. Kawasan Mbay terletak di Kawasan DAS Aesesa, mempunyai potensi pengembangan Daerah Irigasi yang potensial sekitar 5.898,6 hektar, dan Sungai Aesesa mempunyai luas daerah pengaliran sebesar 1200 km² yang mengalir melalui dataran Mbay. Selain dataran Mbay sebagai lumbung padi di Pulau Flores, dataran Mbay juga merupakan Ibu Kota Kabupaten Nagekeo, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk dan permukiman berkembang dengan pesat.
Kondisi kebutuhan air di dataran Mbay yang ada saat ini, telah diprediksi dan ditindaklanjuti sejak tahun 1999 dengan studi perencanaan untuk pembangunan Bendungan Mbay/Lambo yang terletak di Desa Rendubutowe. Dengan pembangunan Bendungan Mbay/Lambo, diharapkan akan meningkatkan intensitas tanam di Daerah Irigasi (DI) Mbay disamping untuk penyediaan air baku untuk Kota Mbay dan sekitarnya, serta pengendalian banjir di dataran Mbay. Dengan kondisi tersebut, maka lokasi‐lokasi potensial yang dapat dikembangkan untuk menampung air seperti embung dan bendungan perlu segera ditindaklanjuti, dengan melakukan studi lebih lanjut. Dimana salah satu lokasi potensial tersebut, adalah Lambo. Dengan gambaran kondisi tersebut, maka pembangunan Bendungan Mbay/Lambo diutamakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan kebutuhan irigasi, disamping manfaat lain adalah pengendalian banjir dan melestarikan sumber daya air. Demikian disampaikan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II, Fernando
Rajagukguk, S.ST. M.T.
“Tujuan dari pembangunan bendungan ini adalah penyediaan air baku untuk masyarakat sekitar dengan debit 205 liter/detik, juga untuk suplai air irigasi eksisting pada DI Mbay Kanan (3.835 Ha) dan DI Mbay Kiri (454 Ha). Disamping itu, juga untuk pengendalian banjir sebesar 283,33 m³/detik (71,12 %) bagi daerah hilir bendungan di Kecamatan Aesesa, dan potensi pariwisata,” jelas Kepala Balai.
Kepala SNVT Pembangunan Bendungan II, BWS Nusa Tenggara II, Nedy Hidayat, S.T., M.T., menambahkan, “Manfaat dari Bendungan Mbay/Lambo, salah satu diantaranya suplai air irigasi ke wilayah layanan Mbay Kiri yaitu ke Kelurahan Mbay II, Kelurahan Towak, Desa Waekokak, Desa Nggolonio.” Juga untuk suplai air irigasi ke wilayah layanan Mbay Kanan, lanjutnya, yaitu ke Desa Nggolombay, Kelurahan Lape, Kelurahan Danga, Kelurahan Mbay 1, Desa Nangadhero, Desa Aeramo, Kelurahan Dhawe, Desa Tonggurambang, dan Desa Marapokot.
“Dengan adanya Bendungan Mbay ini nantinya, irigasi yang terlayani seluas 4.289 hektar. IP Tanam yang semula 225% menjadi 251%, dengan pola tanam padi-padi-palawija. Produktivitas yang semula 5 ton/hektar menjadi 6 ton/hektar,” jelasnya. Sementara itu, luas lahan pembangunan Bendungan Mbay yang dibutuhkan dan yang sudah dibebaskan, Nedy Hidayat mengatakan ; ”Total luas lahan yang diperlukan 862,48 hektar, yaitu berdasarkan Penlok I Keputusan Gubernur NTT Nomor 434/KEP/HK/2021 – 617,76 Ha dan Penlok II Keputusan Gubernur NTT Nomor 306 / KEP/HK/2023 – 244,72 Ha. Dari total lahan 862,48 hektar, yang sudah dibebaskan seluas 402,67 hektar.”
Kebutuhan lahan tersebut mengalami kendala, ungkap Nedy Hidayat, dikarenakan rendahnya informasi dan sosialisasi kegiatan kepada masyarakat. Selain itu, proses pembayaran ganti rugi lahan yang membutuhkan waktu yang lama. Solusi mengatasi masalah tersebut, antara lain ; Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2021, tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum secara konsisten. ”Disamping itu, mengadakan pertemuan dengan masyarakat terkena dampak, untuk mencapai kesepakatan tentang permasalahan lahan. Juga melakukan penjemputan bola ke rumah-rumah masyarakat terdampak, yang mengalami permasalahan kelengkapan administrasi terkait pembayaran ganti rugi,” pungkasnya.
PPK Bendungan SNVT Pembangunan Bendungan II, BWS Nusa Tenggara II, Yohanes Pabi, S.T., M.Si., menjelaskan, pelaksanaan proyek Pembangunan Bendungan Mbay Lambo dibagi 2 paket. Terdiri dari : Paket 1 dilaksanakan Kontraktor Waskita Karya – Bumi Indah, KSO. Nilai Kontrak Paket 1 sebesar Rp 700.693.821.000, 00. Dan masa pelaksanaan 19 Agustus 2021 – 31 Desember 2024 ( 1230 hari kalender). Kemudian, Paket 2 dilaksanakan Kontraktor PT. Brantas Abipraya (Persero). Nilai Kontrak Paket 2 sebesar Rp 775.138.405.000, 00. Dan masa pelaksanaan 19 Agustus 2021 – 31 Desember 2024 (1230 hari kalender). ”Sementara itu, sebagai Supervisi Pembangunan Bendungan Mbay / Lambo yaitu Indra Karya – Rancang Semesta – Sabana, KSO.,” ujar Yohanes Pabi, yang akrab disapa Anis ini.
Anis mengungkapkan, berbagai tantangan terjadi di lapangan. Salah satu diantaranya, adalah faktor cuaca berupa musim penghujan. Anomali musim penghujan yang berkepanjangan berpotensi menyebabkan terjadinya overtopping pada temporary coverdam, sehingga menghambat pekerjaan perkuatan pondasi dan timbunan bendungan utama. Runoff yang ada apabila tidak dikendalikan, juga dapat memicu terjadinya longsoran di lapangan. Secara umum musim penghujan menghambat progres pekerjaan di lapangan, sehingga pekerjaan tidak dapat dilakukan secara efektif dan efisien, bahkan harus dihentikan selama hujan berlangsung. [] Umi.S.
Baca juga : Pembangunan Bendungan Mbay/Lambo Paket 1
Baca juga : Pembangunan Bendungan Mbay/Lambo Paket 2